Kamis, 22 November 2018

Kitab al-Hikam (Pasal 81-82): Jangan Lengah dengan Setan yang Selalu Mengintai

Kitab al-Hikam Terjemah (Buku Kedua).

Al-Hikam (Pasal 81)
1. Jika kau mengetahui bahwa setan tidak pernah lupa kepadamu, jangan kau lalai terhadap Dzat yang menggenggam nasibmu.

(Ibnu Atha'illah al-Iskandari).

JIKA KAU mengetahui bahwa setan tidak pernah lupa keadamu, juga tidak bosan menyesatkan, menggoda, dan memerangimu, jangan kau lalai terhadap Dzat yang memegang ubun-ubunmu karena setan takkan pernah berhenti menjerumuskanmu. Setan telah berjanji akan terus menggoda manusia, seperti yang tertulis dalam firman-Nya, "Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)." (QS. al-A'raf [7]: 17)

Dalam satu riwayat disebutkan bahwa setiap manusia memiliki setan yang menaruh belalainya di hati manusia. Jika manusia lupa berzikir kepada Allah, setan akan membisikinya. Sebaliknya, jika manusia berzikir, setan akan mundur dan menutup diri. Oleh karena itu, jangan lupa kepada Dzat yang menentukan nasibmu, yaitu Allah swt. Jangan kau lupa untuk berlindung kepada-Nya karena Dialah yang akan mencukupi dan melindungimu.

Allah swt. berfirman kepada setan, "Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu (setan) terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikuti kamu, yaitu orang-orang yang sesat." (QS. al-Hijr [15]: 42)

Dalam ayat lain, "Sesungguhnya setan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhannya." (QS. an-Nahl [16]: 99)

Siapa yang memiliki sifat-sifat keimanan, 'Ubudiyyah, tawakal, dan selalu berlindung kepada Allah, pasti Allah akan menolongnya dalam mengalahkan musuhnya.

Dzun Nun Al-Mashri berkata, "Jika setan bisa melihatmu dari tempat yang tak bisa kau lihat, Allah bisa melihat setan itu dari tempat setan tak bisa melihat-Nya. Oleh karena itu, mintalah pertolongan Allah atas gangguan setan ini."

Diriwayatkan dari Abu Sa'id al-Khudri ra., ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, 'Iblis berkata kepada Tuhannya: Demi keagungan dan kebesaran-Mu, aku tidak akan berhenti menggoda anak Adam selama ruh mereka masih dalam jasad mereka. Maka Allah berkata kepada Iblis: Demi keagungan dan kebesaran-Ku, Aku tidak akan berhenti mengampuni mereka selama mereka meminta ampun kepada-Ku.'"

Al-Hikam (Pasal 82)
2. Allah menjadikan setan sebagai musuhmu agar kau benci kepadanya dan berlindung kepada-Nya. Dia juga tetap menggerakkan nafsumu supaya kau selalu menghadap kepada-Nya.

(Ibnu Atha'illah al-Iskandari).

ALLAH MENJADIKAN untukmu musuh, yaitu setan. Allah swt. berfirman, "Sesungguhnya setan adalah musuh bagi kalian." Hal itu dimaksudkan agar kau benci padanya sehingga kau terdorong untuk berlindung kepada Allah. Jika kau menyadari bahwa kau tak mampu melawan setan sendirian, tentu kau akan terdorong untuk meminta bantuan kepada Yang Maha Kuat dan Maha Perkasa. Kau pasti akan berlindung dan bertawakal kepada-Nya untuk melawan setan.

Permusuhan setelah itulah yang mengembalikanmu kepada Allah. Inilah tujuan utama dijadikannya setan sebagai musuh manusia. Namun demikian, bagi orang-orang yang mengarahkan tekadnya kepada Yang Maha Haq, mereka tidak lagi membutuhkan musuh untuk mereka benci karena ketergantungan mereka kepada Allah sudah menjadi kebiasaan. Mereka tidak akan menoleh kepada Iblis. Sekiranya Allah tidak memerintahkan mereka untuk berlindung kepada-Nya dari iblis itu, mereka tidak akan berlindung darinya. Memangnya siapa Iblis sampai harus ditakuti?.

Allah juga menggerakkan nafsumu atau membuatmu selalu mengikuti hawa nafsumu agar kau selalu menghadap kepada-Nya. Kau takkan sanggup melawan hawa nafsumu dan mengekang geloranya yang sudah menyatu dengan darah dan dagingmu, kecuali kau berlindung kepada Dzat yang lebih kuat darimu, yaitu Allah swt.

Allah menggerakkan nafsumu agar kau selalu berlindung kepada-Nya karena nafsu adalah musuh bebuyutanmu. Nafsu seumpama musuh dalam selimut. Musuh dalam selimut lebih berbahaya daripada musuh yang nyata. Oleh sebab itu Rasulullah saw. menganggap jihad melawan hawa nafsu adalah jihad terbesar.

Sumber: Kitab al-Hikam Terjemah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar