Kamis, 22 November 2018

Kitab al-Hikam (Pasal 74-75): Orang Bodoh Mencari Lahir Perkara-perkara Dunia, Sedang Orang 'Ârif Menghindari Batin Perkara-perkara Dunia

Kitab al-Hikam Terjemah (Buku Kedua).

Al-Hikam (Pasal 74)
1. Allah sengaja menjadikan dunia sebagai tempat perubahan dan sumber kekeruhan agar kau tidak terpaut dengannya.

(Ibnu Atha'illah al-Iskandari).

ALLAH MENJADIKAN dunia sebagai tempat perubahan berbagai keadaan, seperti penyakit, ujian dan petaka, serta membuatnya sebagai sumber kekeruhan, agar kau menjauhinya. Hal itu dikarenakan, hal yang mendorong keinginanmu di dunia tak lain adalah apa yang kau duga dapat mewujudkan tujuan dan keinginanmu di sana tanpa penderitaan atau kepahitan, padahal itu tidak akan terjadi.

Oleh karena itu, yang patut bagimu adalah kau harus berzuhud dan meninggalkan dunia karena akibat perkaranya adalah kefanaan dan kemusnahan. Terkadang pula ia dapat menyibukkanmu dari mengingat Allah swt. Perlu diketahui pula bahwa zuhud dari dunia ini tidak serta-merta terjadi dengan nasihat dan peringatan para dai saja, tetapi juga dengan musibah dan ujian di dalamnya. Oleh karena itu, Ibnu Atha'illah melanjutkan ucapannya:

Al-Hikam (Pasal 75)
2. Allah mengetahui bahwa kau sulit menerima nasihat begitu saja. Oleh karena itu, Dia membuatmu bisa merasakan pahitnya musibah agar kau mudah meninggalkan dunia.

(Ibnu Atha'illah al-Iskandari).

ALLAH MENGETAHUI bahwa kau sulit menerima nasihat baik tanpa terlebih dahulu diberi penyakit, petaka, dan ujian. Hal itu dikarenakan, yang bisa menerima nasihat baik hanyalah orang-orang yang tidak dikuasai rasa cinta terhadap dunia dan kenikmatannya yang fana. Sementara itu, bagi orang yang amat suka terhadap dunia dan kenikmatannya, nasihat baik semata tidak cukup untuk menyadarkannya dan menerima hidayah. Ia harus diberi tambahan peringatan berupa ujian, petaka, dan penyakit.

Oleh karena itu, Allah membuatmu merasakan apa yang seharusnya kau rasakan, yaitu penyakit dan petaka serta ujian agar mudah bagimu untuk meninggalkan dunia.

Jika seorang hamba mengalami suatu musibah, biasanya ia akan berharap segera mati dan meninggalkan dunia. Dengan demikian, petaka ini merupakan nikmat dari Allah swt. walaupun ia tidak menyadarinya karena dominasi tabiatnya. Hal ini telah dijelaskan dalam butir hikmah, "Siapa yang tidak mendekati Allah dengan kelembutan kebaikan-Nya, ia akan diseret kepada-Nya dengan belenggu ujian."

Sumber: Kitab al-Hikam Terjemah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar