Kamis, 22 November 2018

Kitab al-Hikam (Pasal 71-73): Sedikitnya Kesenangan adalah Sebab Sedikitnya Kesedihan

Kitab al-Hikam Terjemah (Buku Kedua).

Al-Hikam (Pasal 71)
1. Tatkala berkurang apa yang membuatmu senang maka berkuranglah pula apa yang kau sedihkan.

(Ibnu Atha'illah al-Iskandari).

KETIKA HARTA dan hal lainnya berkurang padamu, berkurang pula apa yang membuatmu bersedih. Siapa yang darinya Allah singkirkan kelebihan dunia, lalu ia rida atas hal itu, puas dengan yang sedikit, dan tidak mencari tambahan, baik berupa harta maupun kedudukan, berarti akalnya sempurna dan pandangannya terhadap dirinya baik. Ia telah mampu menghindarkan kerusakan akibat kesedihan dari dirinya dengan meninggalkan kesedihan itu. Ia juga tidak melihat kepada maslahat berupa kebahagiaan yang timbul dari sesuatu yang bisa cepat hilang.

Menurut orang yang berakal, "Menghindarkan kerusakan lebih didahulukan daripada mencari maslahat. Dan sesuatu yang disenangi adalah juga yang disedihkan. Jika yang disenangi sedikit, kesedihannya pun sedikit. Jika yang disenangi banyak, kesedihannya pun banyak."

Al-Hikam (Pasal 72)
2. Jika kau tidak ingin dipecat, jangan memangku jabatan yang tidak kekal.

(Ibnu Atha'illah al-Iskandari).

INI ADALAH penegasan dari hikmah sebelumnya. Jabatan selalu akan berakibat pada kesedihan. Kesedihan yang timbul adalah akibat hilangnya jabatan itu, baik disebabkan oleh kematian, dipecat, maupun karena faktor lain. Orang yang berpandangan baik dan berakal sehat selalu meninggalkan jabatan yang disenangi agar ia tidak dipecat atau kehilangan jabatan itu sehingga bersedih dan menderita.

Al-Hikam (Pasal 73)
3. Jika awalnya memikat, akhirnya akan menjemukan. Jika lahirnya memanggilmu, batinnya akan mencegahmu.

(Ibnu Atha'illah al-Iskandari).

JIKA PADA awalnya jabatan itu memikatmu karena tampilan lahirnya indah dan orang yang menjabatnya tampak berwibawa serta hidup sejahtera, ketahuilah bahwa ujungnya akan berakhir dengan bahaya dan kerugian di dunia dan akhirat. Hal itu dikarenakan, akhir dari jabatan adalah, kau meninggalkan jabatan itu dengan dipecat atau dengan kematian sehingga kau akan mengalami kerugian duniawi dan ukhrawi. Dengan jabatan, amat sedikit orang yang agamanya selamat. Hal itulah yang mendorong orang berakal untuk meninggalkan dan menghindari jabatan.

Jika tampilan lahir jabatan itu berupa pakaian indah, makanan, enak dan rumah mewah yang merayumu untuk mendudukinya, batinnya sebenarnya melarangmu untuk itu karena jabatan selalu membuatmu lalai dari Allah dan mendatangkan kerugian dan bahaya bagi mereka yang menjabatnya.

Sumber: Kitab al-Hikam Terjemah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar