Selasa, 13 November 2018

Kitab al-Hikam (Pasal 55-57) : Mencintai Sesuatu Berarti Menjadi Hambanya, dan Allah Tidak Suka Engkau Menjadi Hamba Selain-Nya

Kitab al-Hikam Terjemah (Buku Kedua).

Al-Hikam (Pasal 55)
1. Tidaklah kau mencintai sesuatu melainkan kau menjadi hamba baginya dan Allah tidak ingin kau menjadi hamba bagi selain-Nya.

(Ibnu Atha'illah al-Iskandari).

BILA KAU MENCINTAI dunia, kau akan menjadi budaknya karena kecintaanmu terhadap sesuatu membuatmu tunduk dan terikat kepadanya. Bahkan, kau juga tidak akan mau lepas dan mencari gantinya. Sebagaimana dikatakan, "Cintamu kepada sesuatu akan membutakan matamu dan membuatmu bisu." Artinya, apa yang kau cintai akan memperbudakmu. Jika kau mencintai selain Allah, yang kau cintai itu, apa pun bentuknya, akan memperbudakmu.

Sementara itu, Allah tidak mau kau menjadi budak bagi selain-Nya. Allah tidak rela dengan hal itu. Dalam hadits disebutkan, "Celakalah budak dinar, celakalah budak dirham...."

Al-Junaidi berkata, "Sesungguhnya, kau tidak akan benar-benar menjadi hamba Allah yang sebenarnya selama kau masih mencari selain-Nya. Kau pun tidak akan sampai pada kebebasan yang sesungguhnya karena kau harus menunaikan hak-hak 'ubudiyyah (penghambaan) kepada-Nya."

Al-Hikam (Pasal 56)
2. Ketaatanmu tidak bermanfaat untuk-Nya dan maksiatmu tidak mendatangkan bahaya kepada-Nya. Allah memerintahkan ini dan melarang itu tidak lain hanyalah untuk kepentinganmu.

(Ibnu Atha'illah al-Iskandari).

KETAATANMU TIDAK bermanfaat bagi Allah karena Dia Maha Kaya, tidak membutuhkan alam semesta dan amal ibadah makhluk. Maksiatmu juga tidak mendatangkan bahaya apa-apa kepada Allah karena Allah Maha Jauh dari perbuatan bahaya yang dilakukan makhluk-Nya.

Allah memerintahkanmu taat dan melarangmu bermaksiat, tak lain untuk maslahat dan manfaat dirimu sendiri di dunia dan akhirat. Namun, perlu diingat bahwa memberi manfaat bukan kewajiban yang harus ditunaikan-Nya, tetapi hanya sebuah bentuk karunia dari-Nya.

Al-Hikam (Pasal 57)
3. Ketaatan seseorang tidak menambah kemuliaan-Nya dan pembangkangan seseorang tidak mengurangi kemuliaan-Nya.

(Ibnu Atha'illah al-Iskandari).

KETAATAN SESEORANG tidak menambah kemuliaan-Nya karena kemuliaan Allah sudah menjadi salah satu sifat-Nya yang mencakup ketuhanan, kesombongan, dan kebesaran-Nya. Sifat-sifat Allah itu amat sempurna dan terbebas dari penambahan atau pengurangan. Ini adalah penegasan dari hikmah sebelumnya bahwa tidak ada manfaat dan bahaya untuk Allah dari hamba-hamba-Nya.

Sumber: Kitab al-Hikam Terjemah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar