Kitab al-Hikam Terjemah (Buku Kedua).
(Pasal 42)
1. Siapa yang merasa tidak mungkin diselamatkan Allah dari syahwatnya dan dikeluarkan-Nya dari kelalaiannya, berarti menganggap lemah kuasa Ilahi, padahal, "Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. al-Kahfi [18]: 45)
(Ibnu Atha'illah al-Iskandari).
ORANG YANG merasa bahwa Allah mustahil akan menyelamatkannya dari syahwat dan kelalaian yang telah menguasainya berarti ia menganggap lemah kuasa Ilahi, padahal Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Allah mampu melakukan segala sesuatu, termasuk menyelamatkan manusia dari keburukan syahwat dan kelalaian. Oleh karena itu, seorang hamba harus menuju pintu Tuhannya dengan penuh kerendahan dan kehinaan. Semoga saja Dia akan memudahkan yang dirasa sulit baginya dan menampakkan yang dianggapnya mustahil.
Makna ini didukung olej berbagai kisah yang diriwayatkan dari beberapa orang saleh yang awalnya berkubang dalam kelalaian dan kesalahan. Allah mendekati mereka dengan kelembutan-Nya, memperbaiki amal mereka, dan menjernihkan ahwâl mereka, seperti yang dialami Fudhail bin Iyyadh, Abdullah bi Mubarak, dan Abi 'Iqqal bin 'Ulwan.
(Pasal 43)
2. Bisa jadi, kegelapan datang menyergapmu untuk mengingatkan anugerah Allah atas dirimu.
(Ibnu Atha'illah al-Iskandari).
BISA JADI, kegelapan atau dosa dan maksiat serta kelalaian datang kepadamu untuk mengenalkan anugerah Allah kepadamu atau mengingatkanmu tentang pemberian Allah kepadamu berupa cahaya dan kedekatan-Nya. Dengan demikian, kau akan memuji-Nya atas karunia dan nikmat itu dan kau kembali ke kondisimu sediakala. Kau mengetahui bahwa itu adalah nikmat yang besar sehingga puji dan syukurmu pun akan semakin besar.
Terkadang, petaka bisa menjadi nikmat. Bisa jadi, penyebab turunnya petaka itu adalah rasa banggamu akan ketaatanmu sehingga Allah mengingatkan agar kau mengetahui siapa dirimu dan tidak melampaui batas kadarmu. Petaka itu juga mengingatkanmu agar kau tak sombong dan tidak berbangga diri di hadapan semua manusia. Inilah yang dimaksud dengan petaka bisa menjadi nikmat.
Terkadang, petaka datang sebagai siksa dan ujian bagimu. Tandanya adalah bahwa setiap kali kau keluar dari satu maksiat, kau akan terjerumus ke dalam maksiat lainnya. Demikian seterusnya dan kau tidak dibimbing Allah untuk bertobat dan menyadari kekurangan diri sendiri.
Sumber: Kitab al-Hikam Terjemah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar