Kitab al-Hikam Terjemah (Buku Pertama).
(Pasal 138)
1. Andaikan cahaya keyakinan menerangi dirimu, tentu kau akan melihat akhirat lebih dekat denganmu daripada kau berjalan menujunya, dan tentu kau akan menyaksikan keindahan dunia telah diliputi selubung kebinasaan.
(Ibnu Atha'illah al-Iskandari).
SEKIRANYA HATIMU diterangi cahaya keyakinan atau ilmu pengetahuan tentang Allah dan janji-Nya yang disampaikan melalui lisan nabi-Nya, niscaya kau akan melihat akhirat lebih dekat denganmu saat kau berjalan menuju-Nya. Kau juga akan melihat keindahan dunia telah diliputi oleh selubung kebinasaan. Karena dengan cahaya keyakinan dan ilmu itu, hakikat segala sesuatu akan terlihat sesuai kondisi aslinya.
Jika cahaya itu menyinari hati, seorang hamba akan melihaylt yang benar tetap benar dan yang batil tetap batil; akhirat adalah benar, sedangkan dunia adalah batil. Dia akan melihat akhirat yang tadinya gaib seakan hadir di hadapannya, seakan akhirat itu tidak sirna dari hadapannya dan amat dekat kepadanya untuk ia tuju.
Dengan begitu, ia akan lebih siap lagi untuk menyongsongnya. Ia melihat dunia yang hadir di matanya telah redup cahayanya, segera musnah dan sirna dari pandangannya. Di matanya, tampaklah kebatilan dunia itu sehingga seakan dia tidak ada. Dengan pandangan penuh keyakinan ini, ia terdorong untuk ber-zuhûd meninggalkan dunia dan perhiasannya, serta lebih mengutamakan akhirat dan bersiap menyongsongnya.
Keadaan ini menandakan kelapangan dada seorang hamba dengan cahaya tersebut. Sebagaimana sabda Rasulullah, "Sesungguhnya cahaya jika masuk ke dalam hati, dada akan lapang dan terbuka karenanya." Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah hal itu ada tanda-tandanya?" Beliau menjawab, "Ya, tandanya ialah sikap menjauhi tempat tipu daya, berlindung ke negeri keabadian, dan bersiap menghadapi kematian sebelum datang."
Saat cahaya masuk ke dalam kalbu seorang hamba, syahwatnya akan mati dan jiwanya akan sirna sehingga ia hanya terdorong untuk melakukan kebaikan dan tidak pernah tertarik untuk melanggar. Hamba yang mendapatkan cahaya tidak memiliki tekad, kecuali untuk segera melakukan kebaikan dan menggunakan waktu dan kesempatan karena saat itu ia merasa ajal sudah dekat, sedangkan kebaikan banyak terlewatkan.
(Pasal 139)
2. Bukan keberadaan benda yang menghijab dirimu dari Allah. Akan tetapi, yang menghijabmu dari-Nya adalah sangkaan adanya wujud selain Allah.
(Ibnu Atha'illah al-Iskandari).
BUKANLAH PERKARA-PERKARA duniawi dan ukhrawi yang menghijabmu dari Allah karena tidak ada wujud selain wujud-Nya. Akan tetapi, yang menghijabmu dari-Nya adalah anggapanmu bahwa sesuatu selain-Nya memiliki wujud, padahal menurut orang-orang 'ârif, aslinya sesuatu itu tidak berwujud. Wujud segala sesuatu laksana bayangan pepohonan di atas air. Ia tidak dapat menghalangi perjalanan perahu di atas air tersebut. Dengan demikian, tak ada hijab antara dirimu dengan Allah, kecuali sangkaanmu bahwa ada wujud lain selain Allah.
Seperti seorang lelaki yang ingin buang air kecil di dekat sebuah gua, ketika ia mendengar suara deru angin dari mulut gua itu, ia menyangkanya suara auman singa. Hal itu menghalanginya untuk buang air. Namun, ketika ia tidak mendapati seekor pun singa di sana, ia akhirnya memberanikan diri untuk menunaikan hajatnya. Tentu saja singa bukan sesuatu yang menghalanginya untuk buang air, melainkan sangkaannya tentang wujud seekor singa di sana.
(Pasal 140)
3. Andaikan Allah tidak tampak di alam, tidak akan ada pandangan yang tertuju pada-Nya. Andaikan sifat-sifat-Nya terlihat, pasti alam menjadi lenyap.
(Ibnu Atha'illah al-Iskandari).
SEKIRANYA BUKAN karena penampakkan Allah di alam wujud, tidak akan ada pandangan yang tertuju pada-Nya. Jika tidak ada, tentu pandangan itu tidak akan pernah melihat wujud-Nya.
Wujud alam semesta itu tak lain hanya pinjaman Allah semata. Penampakan Yang Maha Haq di dalamnya seumpama pantulan matahari di dalam lentera kaca karena pada hakikatnya, alam semesta ini tidak ada dan tak berwujud, sebagaimana telah dijelaskan.
Penampakan Allah kepada kita dari balik hijab alam semesta itulah yang membuat alam semesta berwujud dan semua pandangan tertuju padanya. Tanpa ada penampakan Allah di alam semesta ini, niscaya semua alam lenyap dan musnah, serta tak satu pun pandangan yang melihatnya.
Allah swt. berfirman, "Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan." (QS. al-A'raf [7]: 143).
Ayat ini menyatakan bahwa sekiranya sifat-sifat-Nya terlihat, seluruh alam semesta akan luluh lantak, bahkan tak akan ada wujud di sana dan tak ada yang melihatnya. Sebagaimana dalam hadis, "Hijab-Nya adalah cahaya." Dalam riwayat lain, "Hijab-Nya adalah api." Sekiranya hijab itu terbuka, Allah akan membakar semua yang ada.
Sumber : Kitab al-Hikam Terjemah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar