Kitab al-Hikam Terjemah (Buku Pertama).
(Pasal 125)
1. Apabila Allah hendak memperlihatkan karunia-Nya kepadamu, Dia akan mencipta (amal), lalu menisbatkannya kepadamu.
(Ibnu Atha'illah al-Iskandari).
JIKA ALLAH ingin menganugerahimu karunia-Nya, Allah akan menciptakan amal pada dirimu, lalu menisbatkannya kepadamu. Dia akan menyatakan kepadamu melalui malaikat-Nya bahwa kau adalah orang yang taat, bertaqwa, gigih, dan gemar beramal. Dengan cara lain, Allah akan menisbatkan amal itu kepadamu melalui lisan para hamba-Nya, seperti perkataan orang-orang kepadamu, "Kau adalah orang yang taat, bertaqwa, dan rajin beribadah."
Jika seorang hamba menyaksikan karunia yang amat agung ini dan merasa malu kepada Tuhannya, ia tidak akan menisbatkan sifat-sifat terpuji atau amal-amal baik kepada dirinya karena ia tidak memiliki kelayakan sama sekali untuk itu. Adapun sifat-sifat tercela dan amal yang buruk, menurut etika, sepatutnya ia nisbatkan kepada diri sendiri. Ia harus mengakui bahwa itu akibat kezaliman dan kebodohannya.
Sahal bin Abdullah berkata, "Jika seorang hamba melakukan kebaikan, lalu ia berkata, 'Tuhanku, dengan karunia-Mu aku beramal, Engkau yang membantuku dan memudahkannya,' berarti ia telah bersyukur kepada Allah atas karunia itu. Lalu, Allah pun akan menjawabnya, 'Hamba-Ku, melainkan kau sendiri yang taat dan kaulah yang mendekati-Ku.'
Namun, jika seorang hamba hanya memandang dirinya sendiri, lalu bergumam, 'Aku yang beramal, aku yang taat, dan aku yang mendekat,' maka Allah akan berpaling darinya. Dia akan berkata kepadanya, 'Hamba-Ku, Akulah yang membimbingmu, Aku pula yang membantumu, dan Aku yang memudahkan jalanmu.'
Sekiranya hamba melakukan keburukan, lalu berkata, 'Tuhanku, Engkau yang menakdirkannya, Engkau yang menetapkannya, Engkau pula yang memutuskannya,' maka Tuhan akan murka kepadanya. Dia akan berkata kepada hamba itu, 'Justru kau yang telah berbuat buruk. Kau bodoh dan kau durhaka.'
Sekiranya hamba itu berkata, 'Tuhanku, aku telah berlaku zalim, bodoh, dan buruk,' Tuhan pun akan mendatanginya dan berkata, 'Hamba-Ku, Akulah yang memutuskannya, Aku yang menetapkannya, dan kau pun telah Ku ampuni, Aku maafkan, dan Ku tutupi aibmu.'"
(Pasal 126)
2. Tiada terhingga keburukanmu jika Allah membiarkanmu. Sebaliknya, tiada pernah berakhir kebaikanmu jika Dia memperlihatkan kemurahan-Nya atas dirimu.
(Ibnu Atha'illah al-Iskandari).
KEBURUKANMU TIDAK AKAN pernah berakhir jika Allah membiarkanmu sendiri, karena nafsumu selalu terdorong untuk melakukan keburukan. Jika Allah membiarkanmu dan tidak mengaturmu dalam mengontrol hawa nafsu, niscaya nafsu akan menguasai dan mengendalikanmu. Ia akan menjerumuskanmu ke jurang keburukan sehingga tak satu pun amal dan ahwal-mu yang baik. Itulah tanda-tanda kau terusir dan dijauhkan dari rahmat Allah.
Jika Allah menampakkan wujud-Nya kepadamu, misalnya dengan memberimu pertolongan dan perlindungan-Nya dalam mengendalikan hawa nafsumu sehingga tidak menguasaimu, maka tak terhitung pujian orang terhadapmu. Dengan begitu, amal dan ahwal-mu akan menjadi baik dan indah. Kebaikanmu pun tidak akan pernah habis. Itulah tanda bahwa Allah telah memilihmu. Ketahuilah, tak ada jalan selamat dari hawa nafsu dan gejolaknya, kecuali dengan bergantung dan berlindung kepada Allah.
Sumber : Kitab al-Hikam Terjemah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar