Kitab al-Hikam Terjemah (Buku Pertama).
(Pasal 129)
1. Bagaimana mungkin kau mendapat hal luar biasa, sedangkan kebiasaanmu belum luar biasa.
(Ibnu Atha'illah al-Iskandari).
BAGAIMANA KAU begitu antusias mendapatkan sesuatu yang luar biasa, misalnya karamah dan kemampuan mempersingkat jarak bumi, sedangkan kau terbiasa melakukan kesombongan dan keangkuhan serta sifat buruk lainnya?. Hal-hal luar biasa terjadi dengan kuasa Allah. Dan itu tidak akan diberikan Allah kecuali pada orang yang membuat kebiasaannya menjadi luar biasa, memusnahkan keinginan dan maslahat pribadinya.
Barang siapa yang belum mencapai maqam ini maka ia tidak boleh berhasrat mendapatkannya. Jika terlihat padanya sebentuk karamah, ia harus takut tertipu dan hendaknya ia tidak mengharapkan dan mencarinya. Jika ia masih mengharapkan dan mencarinya, itu menjadi bukti bahwa ia tetap terkungkung dalam keinginan, maslahat, dan kebiasaannya. Bagaimana bisa hal-hal luar biasa didapat oleh orang-orang yang sifatnya selalu ingin mendapat karamah?.
(Pasal 130)
2. Yang harus diperhatikan bukan sekadar meminta, melainkan bagaimana kau dianugerahi adab yang baik.
(Ibnu Atha'illah al-Iskandari).
YANG HARUS diperhatikan bukan sekadar berdoa dengan lisan. Sebaliknya, menurut para muhaqqiq, yang penting bukanlah berdoa dengan mengarahkan semua permintaan dan kebutuhanmu kepada-Nya semata. Cara itu belum memenuhi etika-etika dan kesopanan berdoa.
Namun, yang paling penting menurut para muhaqqiq adalah kau meminta seluruh permintaanmu itu dari-Nya semata, bukan bertujuan mendapatkan bagian dan keinginan saja, melainkan memintanya sebagai perwujudan dari 'Ubudiyyah-mu kepada-Nya dan pelaksanaan terhadap hak-hak rububiyyah-Nya. Dengan begitu, kau akan mendapatkan adab yang baik dari-Nya. Permintaanmu dan adab baikmu itu menjadi pelaksanaan yang sesungguhnya dari hak-hak etika dalam berdoa.
Maksud "meminta" dalam hikmah di atas adalah permintaan dengan hati atau hasrat hati kepada suatu tujuan. Jadi, yang harus diperhatikan bukanlah kau meminta sesuatu dari Tuhanmu dengan hatimu, baik dengan disertai permohonan lisan maupun tidak, namun yang paling penting adalah bagaimana kau diberikan adab yang baik oleh-Nya, yaitu tidak meminta kepada-Nya karena kau merasa cukup dengan pandangan Allah terhadapmu.
Etika yang baik dalam berdoa pada ungkapan pertama adalah agar berdoa kepada Allah sebagai bentuk 'ubudiyyah dan pelaksanaan terhadap hak-hak rububiyyah-Nya, bukan untuk mendapatkan keuntungan pribadi saja. Sementara itu, pada ungkapan kedua adalah meninggalkan doa karena puas dengan bagian yang telah diberikan-Nya dan cukup dengan kehendak-Nya serta sibuk dengan zikir kepada-Nya.
Sumber : Kitab al-Hikam Terjemah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar