Kitab al-Hikam Terjemah (Buku Kedua).
(Pasal 48)
1. Sebagaimana Allah tidak menyukai amal yang tak sepenuhnya untuk-Nya, Dia juga tidak menyukai hati yang tidak sepenuhnya untuk-Nya. Amal yang tidak sepenuhnya untuk-Nya tidak Dia terima dan hati yang tak sepenuhnya untuk-Nya tidak Dia pedulikan.
(Ibnu Atha'illah al-Iskandari).
AMAL YANG tidak sepenuhnya adalah amal yang disertai Riya' dan kepura-puraan. Hati yang tidak sepenuhnya adalah hati yang di dalamnya ada kecintaan dan ketergantungan kepada selain Allah. Allah tidak menyukai amal dan hati seperti ini. Jika amal dan hati seperti itu, cinta, yang bermakna kecenderungan hati, mustahil diberikan untuk Allah.
"Allah tidak menyukai amal yang tak sepenuhnya untuk-Nya" bermakna bahwa Allah tidak akan menerima atau memberi pahala terhadap amal yang tidak sepenuhnya karena di dalamnya tidak ada keikhlasan. Ketidaksukaan Allah terhadap hati yang seperti itu bermakna bahwa Allah tidak meridai pemiliknya dan tidak memberinya pahala karena di dalamnya tidak ada ketulusan.
Siapa yang memperbaiki amalnya dengan ikhlas dan menghiasi ahwâl hatinya dengan ketulusan, ia akan dicintai Allah, diberi pahala, dan diridai-Nya. Jika tidak, Allah pun tidak akan meridai dan memberinya pahala.
(Pasal 49)
2. Ada cahaya yang hanya diperkenankan sampai ke lahiriah kalbu dan ada cahaya yang diperkenankan untuk masuk ke dalamnya.
(Ibnu Atha'illah al-Iskandari).
CAHAYA MAKRIFAT yang diperbolehkan masuk ke dalam hati terbagi ke dalam dua kategori. Ada cahaya yang diperkenankan sampai ke lahir kalbu saja dan ada cahaya yang diperkenankan masuk sampai ke lubuknya. Cahaya yang hanya sampai ke lahir kalbu mendorong kalbu untuk melihat Tuhannya, dunia, dan akhiratnya. Oleh sebab itu, terkadang ia bersama Tuhannya, terkadang mencintai akhiratnya, dan sesekali mencintai dunianya. Akan tetapi, cahaya yang masuk ke dalam lubuk hati akan membuat hati itu tertutup dari segala sesuatu, kecuali wujud Allah. Dengan cahaya itu, hati tidak akan mencintai selain-Nya dan tidak akan menyembah kecuali kepada-Nya.
Seorang 'ârif berkata, "Jika iman hanya ada di bagian luar kalbu, hamba akan mencintai dunia dan akhiratnya. Ia akan sesekali bersama Tuhannya dan sesekali bersama dirinya sendiri. Akan tetapi, jika iman masuk ke dalam batin kalbunya, hamba akan membenci dunianya dan meninggalkan hawa nafsunya."
(Pasal 50)
3. Adakalanya cahaya mendatangimu, namun kalbumu dipenuhi gambaran makhluk sehingga cahaya-cahaya itu kembali ke tempat semula.
(Ibnu Atha'illah al-Iskandari).
ADAKALANYA CAHAYA atau ilmu dan makrifat Ilahi datang kepadamu, tetapi karena kalbumu penuh dengan gambaran kemakhlukan dan kebendaan, berupa harta, jabatan, anak, dan sebagainya, akhirnya cahaya itu pun pergi lagi dari kalbu. Cahaya itu suci dan jernih. Ia tidak akan menempati kalbu yang kotor dengan kebendaan.
(Pasal 51)
4. Kosongkan kalbumu dari segala sesuatu selain Allah, niscaya Dia akan mengisinya dengan sejumlah makrifat dan rahasia.
(Ibnu Atha'illah al-Iskandari).
KOSONGKAN HATIMU dari kemakhlukan atau dari sikap bergantung kepada selain Tuhanmu. Hapuslah bayang-bayang kebendaan dari hatimu, misalnya dengan tidak menuju kepada selain Tuhanmu sehingga kau tidak lagi merindukan apa pun, kecuali Dia dan tidak bergantung kecuali kepada-Nya. Jika demikian, niscaya Allah akan mengisi hatimu dengan makrifat dan rahasia Ilahi.
Allah swt. berfirman, "Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik." (QS. al-Ankabût [29]: 69)
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa hati tidak akan bersinar selama bayangan makhluk dan alam semesta masih terpampang di cerminnya. Oleh karena itu, kosongkan hatimu dari bayang-bayang makhluk dan kebendaan agar ia tetap bersih sehingga cahaya yang berupa makrifat dan rahasia Ilahi akan hinggap dengan mudah di sana.
(Pasal 52)
5. Jangan salahkan lambatnya kedatangan karunia Allah. Namun, salahkanlah dirimu yang lambat menghadap kepada-Nya.
(Ibnu Atha'illah al-Iskandari).
JANGAN SALAHKAN lambatnya kedatangan karunia Allah berupa makrifat dan rahasia Ilahi kepadamu. Akan tetapi, salahkanlah dirimu yang lambat dalam mendatangi dan menghadap kepada-Nya dengan menghapus semua bayangan kebendaan dari cermin hatimu melalui perjuangan dan olah batin (riyâdhah).
Sumber: Kitab al-Hikam Terjemah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar