Jumat, 02 November 2018

Kitab al-Hikam (Pasal 3) : Mengetahui Rahasia Hamba adalah Cobaan, Bila Tidak Dikaruniai Sifat Rahmat-Nya

Kitab al-Hikam Terjemah (Buku Kedua).

(Pasal 3)
1. Siapa yang mengetahui rahasia para hamba, namun tidak meniru sifat kasih sayang Tuhan maka pengetahuannya menjadi ujian baginya dan sebab datangnya bencana.

(Ibnu Atha'illah al-Iskandari).

SIAPA YANG mengetahui rahasia para hamba, tetapi tidak meniru sifat rahmat (kasih sayang) Tuhan, seperti menutup aib orang-orang yang berdosa, bersabar atas orang-orang yang zalim, memaafkan orang-orang yang bodoh, berbuat baik kepada orang yang berlaku buruk, dan menyayangi para hamba Allah maka pengetahuannya tentang rahasia hamba itu akan menjadi fitnah atau ujian baginya. Hal itu dapat mendorongnya melihat dirinya sendiri dan mengagungkan keadaannya, sombong dengan amalnya, dan congkak di hadapan orang lain. Inilah ujian paling besar baginya. Bahkan, dapat menjadi sebab datangnya bencana kepadanya karena ia telah mengaku-ngaku memiliki sifat Tuhan dan menandingi-Nya dalam hal kesombongan dan keagungan. Inilah bencana paling besar, kehinaan, dan peringatan yang paling keras.

Diriwayatkan bahwa ketika Allah memperlihatkan kerajaan langit dan bumi kepada Ibrahim as., ia mendatangi seorang laki-laki yang sedang melakukan maksiat terhadap Allah. Ibrahim pun mendoakan celaka orang itu hingga ia pun binasa. Ibrahim lalu mendoakan orang lain yang berbuat sama dengannya maka semuanya pun binasa.

Allah lalu berfirman kepada Ibrahim, "Wahai Ibrahim, kau adalah orang yang doanya selalu dikabulkan. Jangan kau doakan celaka hamba-hamba-Ku karena dari-Ku, mereka akan terbagi ke dalam tiga keadaan: seorang hamba dari mereka bertobat kepada-Ku dan Aku pun menerima tobatnya; Ku keluarkan darinya nyawa yang bertasbih kepada-Ku; atau Ku bangkitkan ia dan Ku hadapkan kepada-Ku. Jika Aku mau, Aku akan memberinya maaf. Jika Aku berkehendak, Aku akan menghukumnya."

Ada yang mengatakan, inilah sebab kenapa Allah memerintahkan Ibrahim untuk menyembelih anaknya, yaitu karena Allah begitu menyayangi hamba-hamba-Nya, seperti Ibrahim menyayangi anaknya. Kesimpulannya, mukasyafah adalah nikmat Allah swt. atas seorang murîd. Cara mensyukurinya adalah dengan menutupi aib hamba atau memaafkannya.

Sumber : Kitab al-Hikam Terjemah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar