Sabtu, 10 November 2018

Kitab al-Hikam (Pasal 26-27) : Tarekat Ahli Taklîf (Sekedar Melaksanakan Kewajiban) dan Ahli Ta'rîf (Berupaya Mengenal Allah)

Kitab al-Hikam Terjemah (Buku Kedua).

(Pasal 26)
1. Siapa yang berbicara (mengajar) karena memandang kebaikan dirinya, ia akan berhenti ketika berbuat salah. Namun, siapa yang berbicara karena memandang anugerah Allah padanya, ia tidak akan berhenti ketika berbuat salah.

(Ibnu Atha'illah al-Islandari).

SIAPA YANG berbicara tentang ilmu satu kaum dan memberitahukannya kepada murîd karena memandang kebaikan dirinya atau karena melihat bahwa ungkapannya tentang ilmu itu bersumber dari kebaikan atau amal salehnya, ia akan berhenti ketika berbuat salah. Ia akan berhenti bicara ketika ia bermaksiat karena malu dengan maksiatnya. Penyebabnya adalah karena ia memandang kebaikan dirinya saat berbicara. Saat kebaikan diri itu hilang, bicaranya pun terhenti.

Namun, siapa yang berbicara karena memandang hamparan kebaikan Allah atau memandang bahwa ungkapan dan pemberitahuannya tentang ilmu itu bersumber dari kebaikan Allah dan tidak memandang diri sendiri, ia tidak akan diam ketika berbuat salah. Ia tidak akan berhenti bicara ketika ia melakukan maksiat. Hal itu dikarenakan sikapnya yang tidak memandang diri sendiri dan hanya melihat keesaan dan kekuasaan Tuhannya, membuatnya berani untuk terus berbicara.

(Pasal 27)
2. Cahaya orang bijak mendahului ucapan mereka. Ketika cahaya terpancar, nasihat itu pun akan sampai.

(Ibnu Atha'illah al-Iskandari).

CAHAYA ORANG-ORANG bijak atau 'ârif yang mengenal Allah mendahului ucapan mereka. Cahaya orang-orang 'ârif maksudnya adalah cahaya makrifat mereka, yaitu kekuatan keyakinan mereka bahwa semua perkara ada di tangan Allah dan tiada sekutu bagi-Nya. Jika mereka ingin membimbing seorang hamba Allah dan memberi nasihat kepadanya dengan izin Allah, mereka segera menghadap Allah dan meminta bantuan-Nya untuk mengatur hati hamba itu supaya siap menerima apa yang dinasihatkan kepada mereka. Saat itulah, dari kalbu orang-orang 'ârif itu akan keluar cahaya yang bersumber dari batin mereka dan sampai ke hati hamba tersebut.

Ketika cahaya masuk ke dalam hati hamba Allah yang ingin dinasihatinya, nasihat dan ungkapan mereka akan mudah diterima oleh hatinya, seumpama bumi tandus yang menerima curah hujan. Dengan begitu, ia akan mendapatkan manfaat yang sempurna dari mereka.

Sumber : Kitab al-Hikam Terjemah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar