Selasa, 18 September 2018

Kitab al-Hikam (Pasal 68) : Sanksi yang Ditangguhkan Bisa Jadi merupakan Istidraj (Sanksi yang Ditimpakan secara Berangsur-angsur dan Tanpa Disadari)

Kitab al-Hikam Terjemah (Buku Pertama).

(Pasal 68)
1. Di antara tanda kebodohan seorang murid adalah jika bersikap tidak sopan, tetapi hukuman untuknya ditangguhkan, ia justru berkata, "Jika ini adalah sikap tidak sopan, tentu aku sudah tidak ditolong lagi dan dujauhi." Bisa jadi, ia memang sudah tidak ditolong lagi. Namun, ia tidak menyadarinya karena mungkin bentuknya hanya berupa tidak ditambahnya pertolongan. Bisa jadi pula sebenarnya ia telah dijauhi. Namun, ia tidak menyadarinya karena mungkin bentuknya hanya berupa pembiaran dirinya dengan keinginannya.

(Ibnu Atha'illah al-Iskandari).

BERSIKAP TIDAK SOPAN bisa terjadi terhadap Allah, guru, manusia, bisa pula terhadap diri sendiri. Di antara contoh bersikap tidak sopan terhadap Allah adalah melanggar perintah-Nya, menaati aturan selain aturan-Nya, mengeluhkan hukum-hukum-Nya yang dianggap memberatkan, dan mengadukan penderitaannya kepada makhluk.

Di antara contoh bersikap tidak sopan terhadap guru adalah membangkang dan tidak mau menerima nasihat dan saran mereka.

Sebagian orang berkata, "Membangkang kepada guru tidak ada tobatnya."

Bahkan, ada yang mengatakan, "Siapa yang berkata 'mengapa' kepada gurunya maka ia tidak akan pernah beruntung."

Al-Qusyairi berkata, "Siapa yang menemani seorang guru, namun kemudian membangkang dalam hatinya, berarti ia telah melanggar akad pertemanan itu dan harus segera bertobat."

Jika seorang salik mendapati dirinya belum juga sampai ke tujuannya, hendaknya ia sadar bahwa hal itu mungkin disebabkan pembangkangannya secara diam-diam terhadap guru-gurunya. Karena guru ibarat duta bagi para murid di hadapan Tuhan.

Contoh bersikap tidak sopan terhadap manusia adalah yang pernah terjadi pada Junaidi saat ia melihat seorang miskin yang meminta-minta kepadanya. Ketika itu, ia membatin, "Sekiranya ia bekerja untuk memenuhi kebutuhan dirinya, tentu akan lebih baik." Akibatnya, wiridnya pada malam itu terasa berat baginya. Ia bermimpi melihat sekelompok orang yang mendatanginya membawa orang miskin itu di atas meja hidangan. Mereka berseru kepadanya, "Makanlah dagingnya karena kau telah menggibahinya!."

Akhirnya, Junaidi mencari orang miskin itu. Saat menemukannya, ia pun lantas mengucapkan salam kepadanya. Kemudian, orang miskin itu berkata, "Pulanglah kembali, wahai Abu Qasim!."

Di antara contoh bersikap tidak sopan terhadap diri sendiri adalah mengedepankan pemenuhan "syahwat yang dihalalkan" daripada pemenuhan kewajiban yang sudah ditetapkan Allah.

Orang yang bersikap tidak sopan bisa saja tidak segera dihukum. Misalnya, tidak langsung diberi penyakit atau petaka, baik yang menimpa tubuhnya maupun batinnya. Namun, Allah akan menghentikan batuan kepadanya dan menjauhinya. Itulah awal mula terhijabnya ia dari Allah.

Saat seorang murid tidak lagi mendapat peetolongan dan rahmat Allah, ia akan jatuh di hadapan Allah dan terjuntailah tirai hijab di hatinya. Kerinduannya kepada Allah akan terganti menjadi keterasingan. Demikian pula saat seorang murid dijauhi-Nya, akan terurailah hijab yang menutupi dan menghalangi hatinya untuk masuk kehadirat-Nya.

Sumber : Kitab al-Hikam Terjemah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar