Kitab al-Hikam Terjemah (Buku Pertama).
(Pasal 113)
1. Hanya orang bodoh yang meremehkan wirid. Limpahan karunia-Nya (warid) terus ada hingga negeri akhirat, tetapi wirid terhenti dengan selesainya dunia. Maka dari itu, yang paling perlu mendapat perhatian adalah yang tidak ada gantinya di akhirat (yaitu wirid). Allahlah yang menuntut wirid darimu, sedangkan engkau yang menuntut karunia dari-Nya. Oleh karena itu, sungguh jauh perbedaan antara apa yang Dia tuntut darimu dan apa yang kau tuntut dari-Nya.
(Ibnu Atha'illah al-Iskandari).
WIRID IALAH amal saleh yang mengisi waktu-waktu dan membuat seluruh anggota tubuh menjauhi hal-hal yang dibenci-Nya. Orang bodoh akan meremehkan wirid, padahal di dalamnya terkandung 'ubudiyyah kepada Allah, rasa hadir bersama-Nya, zikir, pembersihan batin, serta dapat menarik cahaya karunia Ilahi. Menjalani wirid tanpa memedulikan hasilnya termasuk kebodohan.
Bin Atha'illah menyebutkan, wirid lebih utama daripada warid bila ditinjau dari dua sisi. Pertama, warid ialah karunia yang masuk ke dalam batin seorang hamba, berupa makrifat Tuhan dan kelembutan jiwa atau cahaya-cahaya yang membuat hati lapang dan bersinar terang. Warid ini akan tetap ada hingga di negeri akhirat. Sedangkan wirid akan musnah dengan musnahnya dunia. Oleh karena itu, yang perlu mendapat perhatian adalah yang wujudnya akan sirna. Artinya, seorang hamba harus memperbanyak wirid sebelum tertinggal karena ia tidak mungkin mengganti wirid yang hilang dan tertinggal.
Kedua, wirid merupakan sesuatu yang dituntut Allah darimu. Adapun warid, kaulah yang memintanya dari Allah. Oleh karena itu, yang kau minta dari-Nya tidak sebanding dengan yang Dia minta darimu. Tentu, yang diminta-Nya darimu lebih utama daripada yang kau minta dari-Nya. Wirid adalah hak Allah atasmu, sedangkan warid (karunia) adalah hakmu atas-Nya. Melaksanakan hak-Nya tentu lebih utama dan lebih patut daripada meminta keuntungan dan bagian dari-Nya.
Ibnu Atha'illah ingin mengingatkan para murid yang tamak terhadap warid (karunia), namun mengabaikan wirid. Tindakan itu merupakan akibat kebodohan dan ketidaktahuannya tentang buah dan hasil wirid. Oleh karena itu, orang-orang 'arif tidak meninggalkan wirid, padahal ahwal mereka lebih baik daripada para murid.
(Pasal 114)
2. Datangnya bantuan Allah sesuai dengan tingkat kesiapan, dan terbitnya cahaya sesuai dengan kadar kejernihan jiwa.
(Ibnu Atha'illah al-Iskandari).
DATANGNYA PERTOLONGAN Allah kepada hamba-Nya bergantung pada kesiapan seorang hamba membersihkan hatinya dan seberapa sering ia melakukan wirid. Oleh sebab itu, dikatakan, "Bersihkan hatimu dari dunia maka Kami akan mengisinya dengan makrifat dan rahasia."
Setiap warid akan selalu mengikuti wirid, sesuai kondisinya. Jika wiridnya sempurna, misalnya bersumber dari hati yang bersih, warid-nya pun akan sempurna. Jika wirid kurang, warid pun akan kurang. Jika wiridnya banyak, warid-nya akan banyak. Setiap warid akan bergantung pada wiridnya. Jika wiridnya dilakukan terus-menerus, warid pun akan mengalir terus-menerus.
Oleh sebab itu, amal yang paling dicintai Allah adalah yang paling sering dilakukan walaupun sedikit. Jika amal itu sering dilakukan, bantuan Allah pun akan sering diberikan.
Kalimat "terbitnya cahaya sesuai dengan kadar kejernihan jiwa" merupakan penegas dan penjelas ungkapan sebelumnya. Maknanya, terbitnya cahaya keyakinan dan makrifat bergantung pada kejernihan batin dari kekotoran yang diakibatkan sikap bergantung pada dunia. Kejernihan batin itu sendiri tidak akan terjadi, kecuali dengan seringnya melakukan wirid.
Sumber : Kitab al-Hikam Terjemah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar