Kitab al-Hikam Terjemah (Buku Kedua).
Al-Hikam (Pasal 90)
1. Allah menjadikanmu berada di alam pertengahan antara alam materi dan malakut-Nya guna memperkenalkan tingginya kedudukanmu di antara makhluk. Kau adalah mutiara yang tersembunyi dalam kulit ciptaan-Nya.
(Ibnu Atha'illah al-Iskandari).
WAHAI MANUSIA, Allah menjadikanmu di alam pertengahan antara kerajaan-Nya (materi) dengan malakut-Nya (kerajaan gaib-Nya). Alam materi adalah alam nyata dan alam malakut adalah alam gaib. Manusia tidak murni dari alam nyata, tidak pula murni dari alam gaib. Akan tetapi, ia berada di pertengahan antara keduanya, baik secara indrawi maupun secara maknawi.
Secara indrawi, Allah menciptakannya di antara langit dan bumi. Dia menciptakan makhluk lain, seperti binatang dan tumbuhan, tak lain untuk diambil manfaatnya oleh manusia. Adapun secara maknawi, Allah menciptakannya dalam bentuknya yang paling sempurna dan menjadikannya sosok yang mengandung seluruh rahasia benda-benda yang berwujud, di atas maupun di bawahnya, yang lembut maupun yang keras. Dengan begitu, manusia terdiri ruh dan jasad, langit dan bumi. Oleh sebab itu, manusia sering di sebut dengan alam terkecil.
Sering pula manusia dikatakan sebagai miniatur dari seluruh alam semesta karena di dalam dirinya terdapat sifat-sifat malaikat, seperti akal, makrifat, dan ibadah; menyimpan sifat-sifat setan, seperti suka menggoda, memberontak, dan melampaui batas; memiliki sifat-sifat hewan, seperti amarah dan nafsu syahwat, tamak dan ganas, serta penuh tipuan. Saat marah, manusia menjadi seperti singa. Saat dikuasai nafsu, ia menjadi seperti babi yang tidak peduli di mana ia berkubang. Saat tamak dan ganas, ia menjadi seperti anjing. Saat menipu, ia menjadi seperti serigala.
Pada diri manusia juga tersimpan sifat tumbuhan dan pepohonan. Pada awalnya, manusia seumpama dahan yang lembut, kemudian tumbuh hingga akhirnya menjadi keras dan berwarna hitam. Manusia juga menyimpan sifat langit, yaitu tempat menyimpan segala rahasia dan cahaya serta tempat berkumpulnya para malaikat. Ia mengandung sifat bumi, yaitu bahwa ia tempat tumbuhnya akhlak dan tabiat, yang lembut ataupun yang keras. Ia juga menyimpan sifat 'arsy, yaitu bahwa kalbunya menjadi tempat penampakan Ilahi. Selain itu, ia memiliki sifat lauh, yaitu menjadi tempat disimpannya ilmu; sifat qalam, yaitu bahwa ia mampu mengatur ilmu itu. Manusia juga menyimpan sifat surga, yaitu jika akhlaknya baik, semua temannya akan merasa nikmat dan nyaman saat bersamanya. Ia juga menyimpan sifat neraka, yaitu jika akhlaknya buruk, semua temannya akan ikut terbakar.
Allah menjadikanmu seperti itu untuk memperkenalkan tingginya kedudukanmu di tengah para makhluk-Nya. Semua makhluk itu diciptakan untukmu agar kau manfaatkan dengan baik. Oleh karena itu, kau harus meninggikan tekadmu dari semua itu dan hanya sibuk dengan Tuhanmu.
Abu al-Abbas berkata, "Alam semesta (benda) semuanya adalah hamba yang diciptakan untukmu dan kau adalah hamba Allah." Ini adalah makna pertengahan indrawi, seperti yang disebutkan.
Adapun makna secara maknawi, Ibnu Atha'illah mengisyaratkannya dengan ucapannya, "Kau adalah mutiara yang tersembunyi dalam kulit ciptaan-Nya." Bahasa lainnya adalah tersimpan dalam kerang ciptaan-Nya karena sifat-sifat semuanya ada di dalam dirimu. Allah tidak menciptakan makhluk dengan sifat seperti ini, kecuali manusia.
Oleh sebab itu, Allah menciptakannya sesuai dengan sifat-sifat-Nya dan menjadikannya khalifah yang melaksanakan semua perintah dan menjauhi larangan-Nya. Allah memberinya dua arah: satu arah menuju Allah dan satu arah menuju makhluk. Adapun malaikat dan makhluk lainnya yang tercipta dari ruh, mereka tidak memiliki kecuali satu arah saja, yaitu menuju Allah.
Semua sifat ini berlaku pada setiap manusia. Namun, sifat-sifat tersebut tidak akan tampak pada dirinya, kecuali setelah ia melakukan olah batin dan mujâhadah. Setelah itu, ia akan disebut insan kâmil (manusia sempurna). Inilah rahasia-rahasia yang tidak diketahui, kecuali dengan dzauq (perasaan) dan tidak terdengar oleh selain pemiliknya.
Ibnu Atha'illah menyebutkan keistimewaan lain yang dimiliki manusia dengan ucapannya:
Al-Hikam (Pasal 91)
2. Alam dapat menampungmu dari sisi fisik, tetapi ia tak dapat menampungmu dari sisi ruh.
(Ibnu Atha'illah al-Iskandari).
ALAM, YAITU BUMI yang kau huni, dapat menampungmu secara fisik karena fisikmu adalah bagian dari alam. Kemaslahatannya pun bergantung pada alam. Namun, alam tidak dapat menampungmu dari sisi ruhani karena ruh bukan berasal dari alam ini dan tidak sejenis dengan alam. Oleh karena itu, ruh tidak layak bergantung kepada sesuatu yang berasal dari alam ini. Ruh hanya layak bergantung kepada Allah swt.
Kesimpulannya, manusia adalah gabungan dari dua hal: jasad dan ruh. Antara jasad dengan alam terdapat kesesuaian dan kesamaan. Oleh karena itu, jasad pantas bergantung pada alam. Jika jasad mengkomsumsi yang ada di alam ini, jasad akan mampu bertahan di alam ini. Jika tidak, ia akan binasa, sebagaimana yang telah ditetapkan sunnatullah. Namun, antara ruh dan alam tidak terdapat kesesuaian dan kesamaan. Oleh karena itu, ruh tidak layal bergantung pada alam. Ia hanya patut bergantung pada Sang Pencipta alam, yaitu Allah swt.
Maka dari itu, kita harus berusaha menyempurakan ruh dengan zikir-zikir dan olah batin agar semua kotoran kemanusiaannya hilang sehingga ia layak bergantung kepada Tuhan Yang Maha Agung. Adapun untuk jasad, kita tidak perlu mempedulikan apa yang layak baginya karena Allah telah menjaminnya.
Dalam sebuah syair disebutkan:
Wahai pelayan tubuh, betapa kau menderita saat melayaninya.
Kau mengharap keuntungan dari sesuatu yang jelas merugikan.
Sebaiknya, kau memperhatikan ruh dan menyempurnakan kemuliaannya.
Dengan ruh, kau disebut manusia, bukan dengan jasad.
Sumber: Kitab al-Hikam Terjemah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar